Cara Menulis Mudah
Banyak orang ingin jadi penulis. Tapi, terkadang sebagian mereka bingung bagaimana memulainya. Nah, buat teman-teman yang ingin jadi penulis, tips sederhana ini bisa kalian coba. Gak ribet kok. Yang penting mau mencoba dan istiqomah.
Menulislah
Jadi penulis, kuncinya cuman dua. Pertama, menulislah. Ya, menulislah. Just write, and write, and write! Seperti saat kalian belajar jalan waktu batita, atau belajar mengayuh sepeda saat balita. Semakin sering menulis, insyaAllah tulisan kamu akan semakin efektif, semakin efisien, dan semakin enak dibaca.
Untuk awal, paling gampang menulis seputar masa lalu. Cobalah menulis kejadian-kejadian lucu, menyedihkan, atau tak terlupakan yang pernah kalian alami. Jangan takut. Jangan malu. Tulis saja sebisanya. Setelah itu tunjukkan pada teman atau siapa saja yang kalian percayai. Kalau mau praktis, posting saja di Facebook atau IG. Biar jamaah medsos yang langsung menanggapi. Tapi, kalau kalian kurang pede, ya dengan orang-orang terdekat saja. Orang-orang yang kalian percaya bisa memberi masukan.
Kalau di redaksi media massa, ada yang namanya asisten redaktur dan redaktur. Tugas mereka mengajari wartawan muda belajar menulis. Nah, kalau wartawan saja didampingi redaktur atau minimal asisten redaktur, lalu bagaimana dengan yang bukan wartawan?
Tentu saja, kalian juga butuh pendamping untuk memberi polesan. Kecuali jika kalian punya kelebihan khusus yang diberikan Sang Pencipta. Tanpa guru, kalian langsung mahir menulis.
Banyak Baca
Kunci kedua adalah membaca. Ibarat sepeda motor, membaca adalah bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar yang kalian punya, semakin jauh kalian berkendara.
Semakin banyak bacaan yang kalian rekam di kepala, semakin kaya kosakata yang kalian miliki. Dari sini, teman-teman akan lebih mudah menyulam kalimat dan paragraf.
Contoh kaya kosakata adalah sebagai berikut. Ketika kalian menulis: “Melissa sedih”, maka kalian bisa menulisnya:
Melissa galau
Melissa murung
Melissa susah
Melissa gelisah
Melissa gundah
Melissa bete (yang ini bahasa alay)
Melissa nelangsa
Melissa tak bahagia
Dll yang mirip dengan “sedih”.
Selain memperkaya kosakata, membaca juga membuat kalian tahu titik-titik mana yang menarik untuk dihubungkan kemudian dikembangkan.
Misal, ketika kalian melihat tabrakan motor di jalanan ramai. Ada banyak sisi yang bisa digali.
Bisa dari sisi kesehatan.
Mengapa sampai terjadi tabrakan. Apakah pengendara ngantuk, kelelahan, penglihatan kabur, atau melamun?
Bisa dari sisi ekonomi.
Apakah karena kredit motor terlalu murah sehingga kendaraan menumpuk? Atau space jalan yang sudah tidak sebanding dengan jumlah kendaraan?
Bisa juga ditulis dari sisi budaya.
Karena banyak beredar film-film balapan, akhirnya masyarakat ingin meniru. Alhasil, tabrakan menjadi fenomena baru.
Nah, untuk bisa menghubungkan tabrakan motor dengan kesehatan, ekonomi, atau bahkan budaya, kalian butuh informasi tambahan.
Bagaimana mungkin teman-teman bisa menulis kelelahan fisik jadi penyebab maraknya tabrakan, kalau teman-teman tidak tahu ilmu kesehatan? (ya minimal tahu dikit-dikitlah).
Demikian halnya ketika kalian ingin menghubungkan tabrakan motor dengan aspek ekonomi dan budaya. Butuh ilmu tambahan untuk mengulasnya lebih dalam.
Di sini perlunya banyak membaca (termasuk melihat, mendengar, dan mengamati). Semakin melimpah referensi di otak, semakin mudah kalian menulis.
Itulah mengapa banyak orang pandai rumahnya dipenuhi rak-rak buku. Bukan untuk pajangan atau gagah-gagahan, tapi sebagai pijakan ketika menulis atau membahas sesuatu.
Khusus bagi kaum muslimin, ada satu buku yang tidak bisa ditinggalkan. Yup, buku itu tak lain adalah Alquran.
Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu adalah induk dari segala ilmu. InsyaAllah dengan membaca dan mendalami Alquran, otak kita akan semakin encer.
Kalau buku karangan Stephen King, Karl Marx, Anthony Robbins, J.K. Rowling, Tung Desem, Andrea Hirata, dan Pramoedya Ananta Toer saja bisa menginspirasi banyak orang, lalu bagaimana dengan buku yang dikarang langsung oleh Sang Pencipta alam semesta?
Dzat yang sama sekali tidak pernah mati, tidak pernah sakit, tidak pernah tidur, tidak pernah lupa, bahkan tidak pernah ngantuk.
Dzat yang telah menciptakan dan memberi kepandaian pada Stephen King, Karl Marx, J.K. Rowling, Anthony Robbins, Tung Desem, Andrea Hirata, Pramoedya Ananta Toer, dll.
“Aku mau jadi penulis, tapi aku males baca. Gimana enaknya?”
Gimana ya? Ya udin, kalian jadi penulis buku catatan utang saja (he he he, bercanda bro, gitu aja sensi.
Kalian jawab sendiri, apa mungkin bisa jadi penulis top tanpa membaca? Padahal ayat pertama yang diturunkan Yang Maha Jenius di muka bumi saja berbunyi: Iqro (bacalah!).