Atlet Persinas Asad Mengangkat Derajat Orangtua dan Membangun Masjid
Abdul Malik, pendekar Persinas asal Sulawesi Utara, peraih medali emas Asian Games 2018. Prestasinya mampu mengubah kondisi ekonomi keluarganya dan membangun Masjid.
Abdul Malik tinggal di seputaran pasar Winenet Aertembaga di depan rumahnya ada tempat gunting rambut. Di kios dengan ukuran sekitar 6×10 meter persegi, ada juga kompresor penuh bercak oli. Dinding tripleks yang menjadi pembatas tampak sedikit usang.
Diketahui, keluarga Ai sapaan akrab Abdul Malik, hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya Sultan Jufri berprofesi sebagai tukang pangkas rambut. Terkadang juga menambal ban. Sementara ibunya, Muliati Lagga, ibu rumah tangga (IRT) dan seringkali berjualan makanan. Keduanya menghidupi 11 anak yang masih kecil. Abdul Malik adalah anak sulung mereka.

Generus LDII asli Kota Cakalang itu hidup dalam keluarga pesilat. Bakatnya turun dari kedua keluarga besarnya. Hal ini dikisahkan Sersan Mayor Dansi Provos Mahmud Lagga, pamannya. Pria paruh baya yang bertugas sebagai anggota TNI Secata Rindam 13 Merdeka ini menceritakan, bagaimana perjuangan Ai dalam meniti karir.
“Jadi memang Ai mengalir darah silat. Dari opa tuanya. Sejak kecil dia sudah belajar silat dan mendarah daging. Mulai silat tradisional, dikembangkan menjadi silat tanding. Adik-adiknya juga sedang belajar silat. Bahkan ada yang masih 9 tahun sudah berprestasi,” jelasnya.
“Motivasi anak ini saya salut. Sebab berusaha untuk mengangkat derajat orangtuanya dengan berbagai rintangan ekonomi yang agak kurang. Tapi saya sangat bangga, dia tidak pantang menyerah, terus berlatih untuk mendapatkan prestasi. Saya juga selalu mengingatkannya tentang harus berusaha,” katanya.
“Kami keluarga saling menopang untuk dia agar tetap semangat walau seringkali tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Namun dia tidak putus asa dan pantang menyerah,” jelasnya.
Bakat Ai sudah tampak sejak kecil. Bahkan berbagai prestasi telah diraihnya, baik nasional pun internasional. Ini disampaikan H Bumi Mustamin, Sekretaris Perguruan Silat Nasional (Persinas) Sulut.
“Jadi memang ada beberapa pelatih yang didik. Juga didikan dari bapaknya yang pesilat dan pelatih. Bapaknya yang latih dari awal. Sebab keluarga pesilat,” ungkapnya.
Ayah Abdul yaitu Sultan Jufri sekaligus pelatihnya mengatakan berbagai pertandingan diikuti Ai di beberapa daerah di Indonesia ada yang mendapat medali emas, perunggu dan piala di tingkat Internasional. Itulah proses Abdul sehingga bisa meraih medali emas.
Bisa dikatakan Abdul Malik menghabiskan masa mudanya untuk latihan. “Mulai dari kecil hingga kuliah dihabiskan untuk berlatih. Tapi kerja keras terbuktikan dengan prestasi dan penghargaan yang dimiliki saat ini,” katanya.
Abdul Malik berhasil meraih medali emas di cabang olahraga pencak silat Asian Games 2018. Kemenangan itu membuka jalan Abdul untuk mewujudkan impiannya.
Pemerintah memberikan bonus senilai Rp 1,5 miliar untuk para penyumbang medali emas Asian Games 2018, termasuk Abdul Malik. Sang pesilat sudah punya rencana khusus untuk bonus tersebut.
Rencana Abdul sangat mulia. Dia ingin mengubah nasib keluarganya dan membangun masjid di tiga daerah di Sulawesi Selatan.
“Saya mendedikasikan kemenangan ini buat keluarga dan buat adik-adik saya. Saya ingin mengubah nasib keluarga saya,” ujarnya setelah pertandingan final.
Soal masjid, dia sudah memilih di daerah mana saja masjid impiannya akan dibangun. “Sebelum bertanding di Asian Games saya sudah punya niat yang pasti ingin membangun masjid jika berhasil meraih emas. Saya ingin membangun masjid di tiga daerah di Sulawesi Utara, yaitu di Bitung, Tondano, dan Manembo-Nembo,” kata Abdul Malik.